PENGARUH NILAI ANDHAP ASHOR DAN EWUH PEKEWUH DALAM PENERAPAN PROGRAM ADIPANGASTUTI DI SMAN 1 TENGARAN

 

 

Dikutip dari https://jatengprov.go.id sekolah Adipangastuti merupakan sekolah yang menjunjung tinggi nilai-nilai Hasthalaku dalam program sekolah. Hasthalaku merupakan delapan nilai-nilai budaya jawa yang diharapkan menjadi dasar perilaku siswa-siswi di sekolah. Nilai hasthalaku tersebut yakni  gotong royong, guyub rukun, grapyak semanak (ramah), lembah manah (rendah hati), ewuh pakewuh (saling menghormati), pangerten (saling menghargai), andhap ashor (berbudi luhur), dan tepa selira (tenggang rasa). SMAN 1 Tengaran merupakan salah satu sekolah yang menjalankan program Adipangastuti.

Perilaku siswa-siswi era gen z dirasa kurang berbudi luhur dan menghormati terhadap guru. Perilaku tersebut juga terjadi dilingkungan sekolahku. Namun setelah adanya program Adipangastuti, teman-temanku mulai mengubah perilaku kurang baik itu dengan menerapkan nilai hasthalaku. Kira-kira nilai hasthalaku apa saja yang diterapkan oleh mereka?

“Jam pembelajaran pertama dimulai”, bell sekolah berbunyi kencang berhasil mengejutkanku dibangku kelas. Hari ini cuaca sangat cerah tetapi tidak dengan suasana kelasku. Senin yang membosankan ini ternyata ada ulangan harian dadakan, mendengar kalimat itu Nara si pemalas mengeluh “huftt sangat meyebalkan” ucapnya.  Padahal Pak Guru sudah meningatkan sejak minggu lalu agar siswa-siswi dikelasku belajar dengan giat untuk ulangan harian ini. Memang tidak diberi tahu harinya, tetapi sudah diingatkan untuk persiapan belajar.

Ulangan harian matematika berlangsung selama enam puluh menit. Menurutku soal-soal ini memang sedikit rumit, terlihat dari raut wajah teman-temanku yang lesu. Memasuki pergantian jam ke-tiga ulangan harian telah berakhir, semua siswa/siswi bergegas mengumpulkan jawaban ke meja guru. “Terimakasih anak-anak semoga nilai ulangan kalian memuaskan ya” ucap Pak Guru sembari menata lembar kertas jawaban. Teman-temanku mengangguk lemas pertanda mereka tidak berharap lebih pada nilai ulangan itu. Namun terlihat Nara menghela nafas dan bergumam “ngerepotin banget deh ngasih ulangan sukanya mendadak, mana ga ngotak banget soal-soalnya”. Pak Guru ternyata medengar keluhannya karena Nara duduk dimeja nomor dua dari depan. “Ada kesulitan di soal-soalnya kah Nara?” tanya Pak Guru dengan sabar. Mendengar pertanyaan itu semua teman-teman menatap Nara. Ia menjawab dengan nada kesal “tidak, biasa saja” sambil membuang muka. Memang si pemalas itu tidak tahu yang namanya sopan santun, padahal dia sendiri yang salah karena tidak mau belajar.  ”Baik jika begitu” ucap Pak Guru sambil tersenyum dan kembali ke mejanya untuk bersiap keluar kelas.  “Saya izin pamit, Selamat pagi” salam dari beliau sembari beranjak meninggalkan kelasku.

Saat jam istirahat petama, Aku hendak menuju kantin untuk membeli makanan bersama kedua sahabatku. Namun saat melewati papan informasi, Aku dan sahabatku melihat mading baru yang berisi tentang hasthalaku. Karena rasa penasaran kami berhenti sejenak untuk memahami mading itu. Setelah membaca betapa terkejutnya Aku dan sahabatku,  ternyata sekolahku ini mengikuti progam Adipangastuti. Setelah memahami mading tentang hasthalaku, Aku dan sahabatku beranjak pergi ke kantin. Banyak sekali makanan disana yang menggugah seleraku, Aku sempat bingung ingin membeli apa. Selang beberapa menit, terdengar suara informasi dari speaker kelas yang berada didekat kantin “Setelah istirahat pertama, siswa-siswi diharapkan berkumpul dalam Gor SMA N 1 Tengaran untuk mengikuti sosialisasi progam Adipangastuti.” Mendengar informasi tersebut Aku dan sahabatku memutuskan cepat membeli makanan dan segera menuju Gor.

 

Sesampai di Gor ternyata sudah banyak sekali siswa-siswi yang telah berada di sini. Aku dan sahabatku duduk berada dibarisan kelas kami. Aku dan sahabatku sangat serius memperhatikan isi powerpoint yang terpampang jelas dilayar itu. “Sekarang sekolah kita sudah bertambah lagi mengikuti progam Adipangastuti, keren sekali” ucapku kepada dua sahabatku. “Hasthalaku sesuai dimateri itu ada delapan, tanpa kita sadari sepertinya sudah banyak nilai-nilai itu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari” sahut salah satu sahabatku. “Setuju banget sih, diantaranya saling menghormati, berbudi luhur dan gotong royong itu sering banget kita lakukan” pendapat sahabatku yang satunya lagi. Mendengar kata berbudi luhur, Aku jadi teringat perbuatan Nara dikelas tadi saat ulangan matematika. Perbuatannya tadi menurutku tidak sopan terhadap guru sehingga Aku menyimpulkan Ia belum menerapkan nilai berbudi luhur. Saat memikirkannya Aku sambil mencari keberadaan Nara saat ini. Ternyata Ia duduk lumayan dekat denganku, Aku jadi tertarik untuk mencoba menegur perbuatannya tadi. Aku mencoba menepuk pundaknya sambil bertanya “Nara, apa Aku boleh duduk disebelahmu?”. Setelah Aku bertanya Ia menoleh dan mengangguk. Melihat responnya mengangguk, Aku bergegas duduk disamping Nara. Sebenarnya Aku sedikit takut ingin menegurnya, tetapi apa salahnya mencoba. “Nara, menurutmu apakah kamu sudah menerapkan nilai Hasthalaku?” tanyaku padanya sambil tersenyum. Tampak dari raut wajahnya seketika menatapku dengan sinis sembari berkata“udah lah, menurut lo sendiri gimana?”. Mendengar jawaban Nara, Aku senang karena Ia menanyakan pendapat kepadaku. Ini adalah kesempatan yang tepat untuk menegurnya secara baik-baik. “Wah hebat sekali tetapi maaf sebelumnya Nara, kalau menurutku dari perlakuanmu tadi pagi saat ulangan matematika itu kurang baik” ucapku. Nara bergegas menjawab “kenapa memangnya?” . Dengan perlahan Aku mencoba menjelaskan kepadanya dengan tenang “Dari ucapanmu saat bergumam tadi, menurutku perilaku itu kurang sopan apalagi Pak Guru masih berada didalam kelas. Itu dapat menyinggung perasaannya” jelasku padanya. Perasaanku mulai cemas karena Nara hanya diam dan menghela nafas setelah Aku berbicara. Aku mencoba meminta maaf padanya “maaf Nara jika menyinggung, Aku hanya ingin kamu memperbaiki diri saja”. Mendengar ucapan maafku, Ia menatapku dengan berkaca-kaca sembari berkata “terimakasih sudah menegurku, Aku sadar ucapan tadi tentunya bisa melukai hati Pak Guru”. Aku senang sekali ternyata teguranku dapat diterima oleh Nara. Aku mengangguk dan tersenyum lega ke arahnya. Kemudian Aku menambahkan sedikit nasehat untuk Nara “ perilaku baik dan menghormati orang lain wajib kita terapkan dimanapun, jadi mulai sekarang perbaiki sikapmu ya Nara”. “Iya Aku akan berusaha, besok Aku akan meminta maaf kepada Pak Guru” ucap Nara sambil tersenyum ke arahku. Akhirnya teguranku dapat menggugah Nara untuk memperbaiki sikapnya. Setelah itu Aku dan Nara kembali melihat powerpoint tentang  program Adipangastuti itu. Kami juga menjadi lebih dekat dalam menjalin pertemanan karena membahas nilai-nilai Hasthalaku selama kegiatan sosialisasi di Gor.

 

Ternyata program Adipangastuti ini sangat baik diterapkan dalam sekolah. Dari program itu terdapat delapan nilai-nilai yang sangat baik untuk diterapkan dalam diri kita. Tidak hanya siswa-siswi saja yang patut menerapkan nilai tersebut akan tetapi para guru juga wajib memberi contoh yang baik kepada siswa-siswinya. Harapan penulis dengan adanya program ini warga sekolah menjunjung nilai-nilai Hasthalaku sehingga hubungan antar siswa-siswi dan guru dapat terjalan dengan harmonis. Oleh karena itu, ayo bergabung dalam program Sekolah Adipangastuti.***

Penulis: Aulia Ramadhani

Mengembangkan Kesadaran Lingkungan: Gerakan “Satu Hari Tanpa Kendaraan Bermotor” di SMA N 1 TENGARAN

Peningkatan kesadaran akan dampak kerusakan  lingkungan telah mendorong masyarakat untuk mencari cara-cara kreatif dalam mengurangi jejak karbon. Salah satu inisiatif yang menarik dan efektif adalah gerakan “Satu Hari Tanpa Kendaraan Bermotor.”

Gerakan dilakukan dengan cara mengajak seluruh siswa dan staf di SMAN 1 TENGARAN untuk tidak memakai Kendaraan Bermotor mereka dan memilih alternatif transportasi yang lebih ramah lingkungan selama satu hari penuh. Gerakan ini di laksanakan pada hari Jumat, tanggal 19 Januari 2024.

Tujuan dirintisnya kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran akan dampak kerusakan lingkungan karena melalui pengalaman langsung, seluruh warga SMAN 1 TENGARAN dapat merasakan dampak positif yang dapat dihasilkan dengan mengurangi penggunaan Kendaraan Bermotor. Hal ini membantu meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan untuk generasi mendatang.

Tujuan selanjutnya adalah mendorong penggunaan transportasi ramah Lingkungan. Gerakan ini tidak hanya tentang meninggalkan Kendaraan Bermotor, tetapi juga mendorong penggunaan alternatif transportasi ramah lingkungan seperti berjalan kaki, bersepeda, atau menggunakan transportasi umum. Warga sekolah diajak untuk mencari cara kreatif untuk sampai ke SMAN 1 TENGARAN tanpa Kendaraan Bermotor.

Dampak positif yang diharapkan dapat dirasakan pada kegiatan ini adalah  peningkatan pemahaman warga sekolah melalui pengalaman langsung, bahwa mereka turut serta dalam menjaga keberlanjutan lingkungan.

Dengan menurunkan penggunaan Kendaraan Bermotor, di harapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap penurunan emisi karbon di lingkungan SMAN 1 TENGARAN.

Gerakan ini juga berdampak pada perubahan perilaku, karena dengan melibatkan seluruh komunitas SMAN 1 TENGARAN, gerakan ini dapat membentuk kebiasaan positif dan memotivasi perubahan perilaku menuju transportasi yang lebih ramah lingkungan.

Melalui gerakan “Satu Hari Tanpa Kendaraan Bermotor,” SMAN 1 TENGARAN dapat berperan aktif dalam mendidik generasi muda tentang pentingnya menjaga lingkungan dan menumbuhkan perubahan positif dalam kebiasaan sehari-hari mereka.

Inisiatif seperti ini merupakan langkah kecil yang dapat memberikan dampak besar dalam menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Penulis : Ulfa Kurniawati, S. Pd (Humas SMAN 1 Tengaran)